Minggu, 28 Februari 2010

ORGAN REPRODUKSI JANTAN

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Reproduksi atau perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmu faal  (fisiologi). Reproduksi secara fisiologis tidak vital bagi kehidupan individual dan meskipun siklus reproduksi suatu hewan berhenti, hewan tersebut masih dapat bertahan hidup, sebagai contoh hewan yang diambil organ reproduksinya ( testes atau ovarium) hewan tersebut tidak mati.
Pada umumnya reproduksi baru dapat berlangsung setelah hewan mencapai masa pubertas atau dewasa kelamin, dan hal ini diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon yang dihasilkan dalam tubuh hewan. Hewan tingkat tinggi, termasuk ternak, bereproduksi secara seksual, dan proses reproduksinya meliputi beberapa tingkatan fisiologik yang meliputi fungsi-fungsi yang sangat komplek dan terintegrasi antara proses yang satu dengan yang lainnya. Tingkatan-tingkatan fisiologik tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Pembentukan sel-sel kelamin ( gamet )
2.      Pelepasan sel-sel gamet yang telah berdiferensiasi secara fungsional
3.      Perkawinan untuk mempertemukan gamet jantan dan gamet betina
4.      Fertilisasi, fusi antara kedua pronuclei
5.      Pertumbuhan, diferensiasi dan perkembangan zigote sampai kelahiran  normal
Pada hewan yang melakukan fertilisasi secara interna organ reproduksinya dilengkapi dengan adanya organ kopulatori, yaitu suatu organ yang berfungsi menyalurkan sperma dari organisme jantan ke betina. Peranan hewan jantan dalam hal reproduksi terutama adalah memproduksi sperma dan sejumlah kecil cairan untuk memungkinkan sel sperma meluncur menuju rahim.Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka dibuatlah makalah ini yang membahas mengenai bagian-bagian alat kelamin jantan sebagai hasil dari diskusi kelompok kami.
B.     Rumusan Masalah
Pada diskusi  kelompok kami mengenai organ-organ reproduksi jantan, mempunyai beberapa rumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut :
1.        Anatomi dan Fisiologi organ reproduksi jantan
2.        Bandingkan anatomi organ reproduksi jantan dengan berbagai jenis hewan.
3.        Anatomi dan Fisiologi testis

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi Jantan
Organ reproduksi ternak jantan terdiri dari testes, scrotum, corda spermaticus, kelenjar tambahan (glandula accessories), penis, preputium, dan system saluran reproduksi jantan. System saluran ini terdiri dari vasa, efferentia yang berlokasi di dalam testis, epididymis, vas deferens, dan urethra external yang bersambung ke penis. Pada masa ambrio, testis berasal dari corda genitalia primer, sedangkan system saluran reproduksi berasal dari ductus wolffii.
Secara anatomik, alat kelamin jantan dapat dibagi menjadi 3 bagian besar, yaitu (Partodihardjo, 1992) :
1.      Gonad atau testis (kelenjar benih) merupakan bagian alat kelamin yang utama.
2.      Saluran-saluran reproduksi terdiri atas : epididymis, vas deferens, dan uretra; sedangkan kelenjar-kelenjar mani terdiri atas : kelenjar vesikularis, kelenjar prostate, dan kelenjar bulbouretralis atau kelenjar cowper.
3.      Alat kelamin bagian luar yaitu : penis yang merupakan alat kopulasi dan penyalur mani dan urine; dan alat pelindung yang terdiri dari skrotum dan preputium.

1.      Gonad atau Testis (Kelenjar Benih)
            Adalah organ reproduksi primer pada ternak jantan, karena berfungsi menghasilkan gamet jantan (spermatozoa) dan hormone kelamin jantan (androgens). Testis berlokasi di dekat ginjal turun melalui canalis inguinalis masuk ke dalam scrotum. Turunnya testes terjadi akibat memendeknya gubernaculum, sebuah ligamentum yang memanjang dari daerah inguinalis kemudian bertaut pada cauda epididymis. Pemendekan gubernaculum terjadi karena pertumbuhan gubernaculum tidak secepat pertumbuhan tubuh. Testes terletak dekat dengan daerah inguinalis dan tekanan intra-abdominal membantu testes melalui canalis inguinalis masuk scrotum (Anonim, 2010).
Testis dibungkus oleh lapisan fibrosa yang disebut tunika albuginea. Di dalam testis terdapat banyak saluran yang disebut tubulus seminiferus. Tubulus ini dipenuhi oleh lapisan sel sperma yang sudah atau tengah berkembang. Spermatozoa (sel benih yang sudah siap untuk diejakulasikan), akan bergerak dari tubulus menuju rete testis, duktus efferen, dan epididimis (Anonim, 2010).
Bila mendapat rangsangan seksual, spermatozoa dan cairannya (semua disebut air mani) akan dikeluarkan ke luar tubuh melalui vas deferen dan akhirnya, penis. Di antara tubulus seminiferus terdapat sel khusus yang disebut sel intersisial Leydig.

2.      Saluran-Saluran Reproduksi & Kelenjar-Kelenjar Mani
Ø  Saluran-saluran reproduksi terdiri atas :
1.      Epididymis
Epididymis merupakan saluran eksternal pertama yang keluar dari testes di bagian apeks testis menurun longitudinal pada permukaan testes, dikurung oleh tunica vaginalis dan testis.
Epididymis mempunyai beberapa fungsi yaitu (Anonim, 2010):
1.        Transportasi/Pengangkutan : sebagai sarana transportasi bagi spermatozoa, dimana spermatozoa diangkut dari rete testis ke ductuli eferentes oleh tekanan cairan dalam testis.
2.        Konsentrasi spermatozoa : berfungsi terutama pada bagian caput epidedemis, dimana sewaktu spermatozoa memasuki epididymis bersama cairan asal testis dalam keadaan relative encer, diperkirakan sejumlah 100 juta per millimeter pada sapi, domba dan babi.
3.        Maturasi : dimana ia bekerja pada sperma yang menjadi matang didalam epididymis dan sisa sitoplasma berpindah dari pangkal kepala keujung bawah bagian tengah sperma yang dipengaruhi sekresi dari sel-sel epitel.
4.        Deposisi (Penyimpanan) : dimana cauda epididymis merupakan tempat penyimpanan sperma dengan konsentrasi yang sangat tinggi dan rumen duktus amat luas, yakni di bagian yang mempunyai lumen besar.
Struktur :  Pipa panjang berkelok, menghubungkan vasa eferens dan ductus deferens. Kepala epididimis melekat di ujung testis tempat vasa darah dan saraf masuk. Badan Epididymis sajajar dengan axis longitudinal testis, ekor melanjut menjadi ductus deferens (Frandson, 1996).
-histologi-
            Lumen epididymis hanya dilapisi oleh satu macam sel yaitu sel berambut silia yang tidak bergerak. Karena silianya tidak bergerak maka sel-sel ini disebut stereo silia. (Sukra, 2000).
            Struktur epididymis dilapisi tunika serosa (lapisan luar) diikuti dengan suatu lapis otot polos (lapisan tengah) dan lapisan epitel (lapisan paling dalam) .
Epididymis dibagi menjadi tiga bagian, yaitu, caput (kepala), corpus (badan), dan cauda (ekor) epididimis (Sukra, 2000) :

a.      Caput epididymis
Caput lebih besar dari bagian lain, terletak di atas testes, nampak pipih di bagian apeks testis, terdapat 12-15 buah saluran kecil, vasa efferentia yang menuyatu menjadi satu saluran. Pada sapi hidup bagian kepala tidak terlihat karena tertutup oleh tenunan pengikat longgar dan kulit. Bagian capuit ini dapat digunakan sebagai orientasi untuk mencari vaas deferens pada vasektomi.
b.      Corpus Epididymis
Corpus terentang lurus ke bawah, sejajar dengan vas deferens, memanjang dari apeks menurun sepanjang sumbu memanjang testis, merupakan saluran tunggal yang bersambungan dengan cauda epididymis. Ukurannya jauh lebih kecil dari bagian caput. Sesampainya di bagian bawah dari epididimis berebelok ke atas sebagai cauda epididimis.
c.       Cauda Epididymis
Cauda Epididymis berupa tonjolan di ujung bawah dari testis. Lumen cauda lebih luas dari pada lumen corpus. Lumen cauda epididymis lebih lebar daripada lumen corpus epididimis.

2.      Ductus Deferens (Vas Deferens)
Merupakan sebuah saluran dengan satu ujung berawal dari bagian ujung distal dari cauda epididymis. Kemudian dengan melekat pada peritoneum, membentang sepanjang corda spermaticus, melalui daerah inguinalis masuk ruang pelvis, dimana vas deferens bergabung dengan urethra di suatu tempat dekat dengan lubang saluran kencing dari vesica urinaria (Anonim, 2010).
Struktur : Pipa berotot yang bergerak dari ekor epididimis melalui kanal inguinalis mendekati uretra bersatu ke dorsocaudal vesica urinaria.
            Vas deferens atau ductus deferens berfungsi mengangkut sperma dari ekor epididimis ke urethra. Bagian vas deferens yang membesar dekat dengan urethra, di sebut ampulla. Vas deferens mempunyai otot daging licin yang tebal pada dindingnya dan mempunyai fungsi tunggal yaitu sebagai sarana transportasi spermatozoa. Spermatozoa dikumpulkan dalam ampulla selama ejakulasi, sebelum dikeluarkan ke dalam urethra (Anonim, 2010).
Ampulla
Ampulla adalah pembesaran kelenjar pada bagian ujung duktus deferens. Ampula berkembang baik pada kuda jantan, sapi jantan dan domba jantan, sedikit pada anjing dan tidak ada pada babi. Kelenjar ampula ini bermuara ke dalam duktus deferens dan memberikan cairan semen. (Frandson, 1992).

3.      Urethra
Merupakan sebuah saluran tunggal yang membentang dari persambungan dengan ampulla sampai ke pangkal penis. Fungsi urethra adalah sebagai saluran kencing dan semen. Uretra pada hewan jantan adalah tabung mukoid yang memanjang mulai dari kandung kemih ke bagian depan penis (Anonim, 2010).

Ø  Kelenjar-kelenjar Mani / Aksesori
            Kelenjar-kelenjar mani/aksesori terdiri atas : kelenjar vesikularis, kelenjar prostate, dan kelenjar bulbouretralis atau kelenjar cowper.Kelenjar – kelenjar tambahan (accessory glands) berada di sepanjang bagian uretra yang terletak di daerah pelvis, mempunyai saluran –saluran yang mengeluarkan sekresi – sekresinya kedalam uretra. Kelenjar – kelenjar tambahan ini terdiri dari kelenjar vasikular, kelenjar, kelenjar prostate dan kelenjar bulbourethral atau kelenjar cowper (Partodihardjo, 1992).
            Kelenjar – kelenjar ini mempunyai sumbangan besar bagi volume cairan semen. Lebih lanjut diketahui bahwa sekresi kelenjar – kelenjar tambahan ini mengandung sebuah larutan buffers, zat – zat makanan dan substansi lain yang diperlukan bagi motilitas dan fertlitas (Partodihardjo, 1992).
a.      Kelenjar Vesicular (Vesicula Seminalis)
Kelenjar ini di sebut juga sebagai kelenjar Vesicula Seminalis yang merupakan sepasang kelenjar yang mempunyai lobuler, mudah dikenali karena mirip segerombol anggur, berbonggol – bonggol. Vesicula seminalis adalah sepasang kelenjar yang biasanya bermuara dengan duktus deferens melalui bermacam-macam duktus ejakulatori ke dalam uretra pelvis kemudian ke kaudal leher kantong kancing (Frandson, 1992).
Pada postmortem zat cair yang dihasilkan kelenjar ini berupa cairan yang agak kental dan lengket mengandung potasium, asam citrat, fruktose, dan beberapa macam enzim. Sekresi kelenjar ini merupakan 50% dari volume total dari satu ejakulasi yang normal. (Sukra, 2000).
b.      Kelenjar Prostate
Kelenjar prostate merupakan kelenjar tunggal yang terletak mengelilingi dan sepanjang uretra tepat dibagian posterior dari lubang ekskretoris kelenjar vesicular. Kelenjar prostate mengandung banyak ion – ion anorganik, meliputi Na, Cl, Ca dan Mg semuanya dalam larutan (Anonim, 2010).
c.       Kelenjar Bulbourethral atau Cwoper
Kelenjar bulborethal terdiri sepasang kelenjar yang terletak sepanjang uretra, dekat dengan titik keluarnya uretra dari ruang pelvis, letaknya lebih kaudal lagi dari kelenjar prostat. Baik kelenjar prostat maupun Cowpers terbentuk dari lobuli dan tiap-tiap lobuli berbentuk tabung. Tiap lobule dipisahkan dari yang lain oleh susatu dinding pemisah yang mengandung serabut-serabut urat daging. Sebelum kopulasi, sering terlihat adanya tetesan-tetesan cairan dari penis yang berasal dari kelenjar Cowper (Sukra, 2000).

3.      Alat Kelamin Bagian Luar
P e n i s
Merupakan organ kopulasi pada ternak jantan, membentang dari titik urethra keluar dari ruang pelvis di bagian dorsal sampai dengan pada orificium urethra eksternal pada ujung bebas dari penis (Anonim, 2010).
Penis adalah organ seksual jantan yang dibungkus oleh kulit yang disebut kalup (prepusium). Lapisan dalam kalup disuplai dengan kelenjar keringat yang mengeluarkan smegma. Uretra pada hewan jantan adalah tabung mukoid yang memanjang mulai dari kandung kemih ke bagian depan penis. Penis terdiri dari akar, badan dan ujung bebas yang berakhir pada glans penis. Badan penis terdiri dari corpus cavernosum penis yang relatif besar dan diselaputi selubung fibrosa tebal berwarna putih, tunica albuginea. Dibagian ventral terdapat corpus cavernosumyaitu suatu struktur yang relatif lebih kecil mengelilingi uretra   (Sukra, 2000).
Penis merupakan alat pelindung yang terdiri dari :
1.      Skrotum
Skrotum adalah kantong yang berlobi dua yang menyelubungi testes. Scrotum tersusun dari lapisan luar dari kulit yang tebal dengan banyak kelenjar keringat dan kelenjar minyak. Lapisan luar ini terbatas oleh suatu lapisan serabut otot polos, tunika dartos, yang berselangseling dengan jaringan ikat. Tunika dartos membagi scrotum menjadi dua kantong dan dipertautkan dengan tunika vaginalis pada dasar tiap kantong. Scrotum dengan otot-otot licinnya, lapis fibrosa dan kulit berfungsi menunjang dan melindungi testis dan epidedemis dan mempertahankan suhu yang lebih rendah dari pada suhu badan yang diperlukan untuk sperma togenesis (Anonim, 2010).
Struktur : Kulit berkantung yang lembut, tipis dan kurang berambut. Terdiri atas tunika dartos (jaringan fibroelastis dan serabut otot polos), tunika vaginalis communis (parietalis), tunika vaginalis propria (viseralis) (Frandson, 1996).

2.      Preputium
Kata prepuce atau preputeum mempunyai arti sama dengan sarung adalah ivaginato dari kulit yang membungkus secara sempurna pada ujung bebas dari penis. Perkembangan embrionik dari organ ini sama dengan perkembangan dari organ labia minira pada ternak betina. Prepuce dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian prepenile, lipatan luar dan bagian penile, lipatan dalam. Sekitar lubang prepuse ditumbuhi oleh rambut panjang dan kasar. Pada saat penampungan semen dalam program inseminasi buatan, perlu diadakan pencukuran terhadap rambut ini, untuk menjaga agar semen tidak tercemar oleh kotoran yang kemungkinan besar menempel pada rambut tersebut (Frandson, 1996).
Praeputium adalah suatu invaginasi bergandadari kulit yang berisi dan menyelubungi bagi yang bebas penis sewaktu tidak ereksi dan menyelubungi badan penis caudal dari glans penis sewaktu ereksi. Bagian dalam praeputium adalah suatu membrran atau mudifikasi kulit yang bergerak bebas.

B.     Perbandingan Anatomi Organ Reproduksi Jantan Berbagai Jenis Hewan
Perbandingan anatomi organ reproduksi jantan berbagai jenis hewan dapat dilihat pada diagram organ reproduksi jantan sebagaimana pada gambar di bawah ini (Anonim, 2010) :


 




Gambar 1.  Diagram Sistem Reproduksi (a) Sapi Jantan (bull); (b) Domba Jantan (ram) ; (c) Babi Jantan (boar); dan (d) Kuda Jantan (stallion) (Anonim, 2010).
1.      Testis
Testis pada sapi mempunyai panjang berkisar 10-13 cm, lebar berkisar 5-6,5 cm dan beratnya 300-400 gr. Babi mempunyai ukuran testes serupa pada sapi, tetapi domba dan kuda ukuran testisnya lebih kecil (Anonim, 2010).
Sekresi kelenjar vesicular mengandung beberapa campuran organic yang unik, yakni tidak dijumpai pada substansi – substansilain di mana saja ada tubuh. Campuran – campuran anorganik ini di antaranya adalah fructose dan sorbitol, merupakan sumber energi utama bagi spermatozoa sapi dan spermatozoa domba, tetapi pada kuda dan babi konsentrasinya rendah. Sekresi kelenjar vesikula juga mengandung dua larutan buffer, yaitu phosphate dan carbonate buffer yang penting sekali dalam mempertahankan pH semen agar tidak berubah, karena jika terjadi perubahan pH semen, hal ini dapat berakibat jelek bagi spermatozoa (Anonim, 2010).






2.      Epididymis
Lama perjalanan spermatozoa dalam epididymis pada domba, sapi dan babi bervariasi, masing-masing adalah dari 13-15, 9-11, dan 9-14 hari (Anonim, 2010).

3.      Kelenjar Aksesori
Kelenjar aksesori (kelenjar tambahan) yang terdiri dari (Frandson, 1992) :
a.      Kelenjar Vesicular (Vesicula seminalis)
Kelenjar Vesicular (Vesicula seminalis) pada kuda jantan berupa kantong yang berbentuk buah pear dan cekung, sedang pada sapi, domba, dan babi jantan merupakan kelenjar dengan lobus-lobus. Pada anjing tidak terdapat kelenjar ini .
Panjang kelenjar ini sama pada beberapa jenis ternak seperti kuda, sapi dan babi yaitu berkisar 13 – 15 cm, tetapi lebar dan ketebalannya berbeda, kelenjar vesicular pada sapi mempunyai ketebalan dan lebar hamper separuh dari yang ada pada babi dan kuda. Domba mempunyai kelenjar vesicular jauh lebih kecil, mempunyai panjang kira – kira 4 cm. saluran – saluran ekskretori kelenjar vesicular terletek di dekat bifurcation ampulla dengan uretra. Pada sapi, kelenjar vesicular memberikan sekresinya lebih dari separuh volume total dari semen dan pada jenis – jenis ternak lainnya rupanya juga sama sebagaimana pada sapi.
b.      Kelenjar Prostate
            Badan kelenjar prostat tampak pada alat reproduksi yang dipotong dan dipalpasi pada sapi dan kuda yang jelas dapat dilihat pada ternak yang dewasa dan dapat di raba melalui palpasi parectal. Badan kelenjar prostate Pada domba, seluruh prostatenya mengelilingi otot daging uretra yang terbenam di dalam otot-otot uretra dan hanya sebagian saja yang ditemukan pada babi dan sapi. Prostat dari babi lebih besar daripada sapi.
            Ekskresi kelenjar prostate hanya sebagian kecil saja menyusun pada cairan semen pada cairan semen pada beberapa jenis ternak yang diteliti. Tetapi beberapa laporan menunjukkan bahwa setidak – tidaknya sumbangan kelenjar prostate sebagaimana substantial kelenjar vesicular pada babi.
c.       Kelenjar Bulbourethralis atau Cwoper
Kelenjar ini mempunyai ukuran dan bentuk seperti bulatan yang berdaging dan berkulit keras, pada sapi lebih kecil dibandingkan pada babi. Pada sapi terletek mengelilingi otot daging bulbospongiosum. Sumbangannya pada cairan semen hanya sedikit. Pada sapi, sekresi kelenjar bulbourethral membersihkan sisa – sisa urine yang ada dalam uretra sebelum terjadi ejakulasi. Sekresi ini dapat di lihat sebagai tetes – tetes dari preputilium sesaat sebelum ejakulasi. Pada babi, sekresinya mengakibatkan sebagian dari semen babai menjadi menggumpal. Gumpalan ini dapat dipisahkan jika semen babi akan digunakan dalam inseminasi buatan. Selama perkawinan secara alam, gumpalan – gumpalan ini menjadi sumbat yang dapat mencegah membanjirnya semen keluar melalui canalis cervicalis menuju kedalam vagina dari babi betina (Anonim, 2010).
            Berikut adalah perbandingan dari kelenjar-kelenjar tambahan beberapa ternak (Anonim, 2010) :

Gambar 2.  Diagram Kelenjar-kelenjar tambahan pada (a) Sapi Jantan (bull); (b) Domba Jantan (ram) ; (c) Babi Jantan (boar); dan (d) Kuda Jantan (stallion) (Anonim, 2010).

4.      Urethra
Pada sapi dan domba selama ejakulasi terjadi percampuran yang kompleks antara spermatozoa yang padat asal vas deferens dan epididymis dengan cairan sekresi dari kelenjar-kelenjar tambahan dalam urethra yang berada di daerah pelvis menjadi semen. Pada kuda dan babi percampuran ini tidak sesempurna pada sapi dan domba. Semen kuda dan babi terdiri dari bagian bebas (tanpa) spermatozoa dan bagian yang kaya spermatozoa (Anonim, 2010).
5.      Penis
Pada sapi, domba, kambing, dan babi penis mempunyai bagian yang berbentuk seperti huruf “S” (sigmoid flexure) sehingga penis dapat ditarik dan berada total dalam tubuh. Keempat jenis ternak tersebut dan kuda mempunyai musculus retractor penis, yaitu sepasang otot daging licin, jika releks memberikan kesempatan penis untuk memanjang dan jika kontraksi dapat menarik penis ke dalam tubuh kembali (Anonim, 2010).
Gambar perbandingan bentuk glans penis antara sapi, domba, babi dan kuda, ditunjukkan pada gambar di bawah ini (Anonim, 2010) :

Gambar 3.  Diagram Glans Penis pada (a) Sapi Jantan (bull); (b) Domba Jantan (ram) ; (c) Babi Jantan (boar); dan (d) Kuda Jantan (stallion) (Anonim, 2010).
Pada kuda glans penisnya tipe vascular, mengandung lebih banyak jaringan erectile dibandingkan dengan glans penis pada domba, kambing, sapid an babi. Jaringan erectile adalah jaringan cavernous (sponge) terletak dalam dua daerah penis, yaitu pada corpus spongiosum penis yang merupakan jaringan cavernouse yang terletak di sekitar urethra, ditutupi oleh musculus bulbospongiosum pada pangkal penis. Kemudian pada corpus cavernosum penis, merupakan sebuah daerah jaringan cavernouse yang lebih besar, terletak di bagian dorsal dari corpus spongiosum penis. Pada mulanya kedua cavernouse tersebut berasal dari musculus ischlocavernouse (Anonim, 2010).
Kedua musculus bulbospongiosum dan musculus ischlocavernous adalah otot daging seran lintang yang merupakan musculus skeletal bukan otot daging licin sebagaimana halnya dengan otot-otot daging licin yang pada umumnya ada pada saluran reproduksi ternak jantan maupun betina. Pada saat ereksi penis dari type fibroelastic, diameternya tidak banyak berbeda dengan pada saat releks, tetapi pada penis type vascular, diameternya menjadi lebih besar dibandingkan ketika tidak ereksi.

Tabel Anatomi Perbandingan Organ Reproduksi Jantan Pada Berbagai Ternak :
Organ

Sapi
Domba
Babi
Kuda
Testes


Panjang(cm)
Diameter(cm)
Berat (g)
13
7
350
10
6
275
13
70
60
10
5
200
Epididymis


Panjang (cm)
Saluran
Berat (gram)
40

36
50

-
18

85
75

40
Ampulla



Panjang (cm)





Diameter (cm)
15





1,2
7





0,6
Lobuli jaringan kelenjar yang terpencar-pencar pada ujung saluran
25





2
Kelenjar vesikularis

Panjang (cm)
Lebar (cm)
Tebal (cm)
Berat (cm)
13
3
2
75
4
2
1,5
5
13
7
4
200
15
5
5
-
Kelenjar prostata

Corpus (cm)





Pars disseminata
3 x 1 x1





12 x 1,5x 1

Lobuli jaringan kelenjar yang terpencar-pencar

---
3 x 3 x 1 (20g)





17 x 1 x 1

Isthmus 2 x 3 x 0,5



Lobus 7x4x1
Kelenjar bulboureth ralis
Panjang  (cm)
Lebar (cm)
Tebal (cm)
Berat  (cm)
3
2
1,5
6
1,5
1
1
3
16
4
4
85
5
2,5
2,5
--
Penis

Tipe
Panjang keseluruhan(cm)
Panjang ujung bebas (cm)
Processus uretralis  (cm)
Diameter ereksi (cm)
Flesura sigmoidea
Fibroelastis

102

9,5

0,2

3

Postscrotal
Fiibroelastis

40

4

4

2

Post-scrotal
Fiibroelastis

55

18

Tidak ada

2

Prae-scrotal
Vaskuler
muskuler
50

20

13

10

Tidak ada
Praeputium
Panjang (cm)
30
11
23
Sumber : Toelihere, 1981
C.    Anatomi dan Fisiologi Testis

Struktur : Terdiri dari banyak tubulus seminiferus yang dikelilingi trabekula. Trabekula masuk ke tunika albuginea membentuk stroma. Trabekula bersatu membentuk mediastinum testis. Rete Testis adalah saluran dalam mediastinum testis. Sel Leydig menghasilkan hormon testosteron terdapat diantara tubulus seminiferus dalam jaringan ikat (Frandson, 1996).
Pada semua ternak, testis ditutupi oleh tunica vaginalis, sebuah jaringan serous yang merupakan perluasan dari peritoneum. Lapisan ini diperoleh ketika testis turun masuk ke dalam scrotum dari tempat asalnya dalam ruang abdominal yang melekat sepanjang garis epididimis. Lapisan luar dari testis adalah tunica albuginea testis, merupakan membrane jaringan ikat elastis berwarna putih. Pembuluh darah dalam jumlah besar dijumpai tepat di bawah permukaan lapisan ini (Anonim, 2010).  
Lapisan fungsional dari testis, yaitu parenchyma terletak di bawah lapisan tunica albuginea. Parenchyma ini berwarna kekuningan, terbagi-bagi oleh septa yang tidak sempurna menjadi segmen-segmen. Parenchyma mempunyai pipa-pipa kecil didalamnya yang disebut tubulus seminiferous (tunggal), tubuli seminiferi (jamak). Tubuli seminiferi berasal dari primary sex cord yang berisi sel-sel benih (germ cells), spermatogonia, dan sel-sel pemberi makan, yaitu sel sertoli. Sel sertoli berukuran lebih besar dengan jumlah lebih sedikit daripada spermatogonia (Anonim, 2010).
Kapsul Pembungkus testis:
1.      Tunika vaginalis : terdiri dari selapis sel mesothelium. Menebal di bagian caudal membentuk meiastinum testis (saluran keluarnya semen dari testis).
2.      Tunika albuginea : terdiri dari jaringan ikat dan sel otot polos.
3.      Tunika vaskulosa : bagian dalam tunika albuginea yang terdiri dari pembuluh darah dan jaringan ikat longgar.
Semen
            Semen terdiri atas cairan yang berasal dari; vas deferens (kira-kira 10% dari keseluruhan sperma), cairan dari vestikula seminalis (kira-kira 60%), cairan dari kelenjar prostat (kira-kira 30%), dan sejumlah kecil cairan dari dari kelenjar mukosa. Cairan prostat membuat semen terlihat seperti susu, sementara cairan dari vestikula seminalis dan dari kelenjar mukosa membuat semen menjadi agak kental.
Tubulus seminiferus :
a.       Lapisan jaringan ikat : 1 lapis sel adventitia, lapisan terluar fibroblas, lapisan terdalam melekat pada lamina basalis (sel myoid)
b.      Epitel germinal :    - sel germinatif (spermatogonia) di dasar tubulus
                              - sel memelihara (Sel sertoli)
c.       Spermatogenik : di atas ke arah lumen, 4-8 lapis sel
d.      - Rongga : terisi jaringan interstitial, terdapat jaringan ikat, saraf, vasa darah, dan limfa. Dalam jaringan ikat terkandung fibroblast, sel mast dan makrofag.
- Rete testis : bermuaranya tubuli recti, terdiri atas sel epitel dalam jaringan ikat. Terletak dalam midiastinum.
- Ductus Efferentia : saluran berpili membentuk 5-10 badan berbentuk kerucut di puncak testis, sel epitelnya bercilia dan bermikrovili.

1.      Anatomi Testis
Testis adalah organ genitalia yang terletak di scrotum. Ukuran testis pada orang dewasa adalah 4x3x2,5 cm, dengan volume 15-25 ml berbentuk ovoid. Kedua buah tetis terbungkus oleh jaringan Tunika albuginea yang melekat pada testis. Di luar Tunika albuginea terdapat Tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan parietalis, serta Tunika dartos. Otot kremaster yang berada di sekitar testis memungkinkan testis dapat digerakkan mendekati rongga abdomen untuk mempertahankan temperatur testis agar tetap stabil (Anonimb, 2009).
Testis bagian dalam terbagi atas lobulus yang terdiri dari Tubulus seminiferus, sel-sel Sertoli dan sel-sel Leydig. Produksi sperma atau spermatogenesis terjadi pada Tubulus seminiferus. Sel –sel Leydig mensekresikan testosteron. Pada bagian posterior tiap-tiap testis terdapat duktus melingkar yang disebut epididimis, bagian kepalanya berhubungan dengan duktus seminiferus (duktus untuk aliran keluar) dari testis, dan bagian ekornya terus melanjut ke vas deferens. Vas deferens adalah duktus ekskretorius testis yang membentang hingga ke duktus vesikula seminalis, kemudia membentuk duktus ejakulatorius. Duktus ejakulatorius selanjutnya bergabung dengan urethra yang merupakan saluran keluar bersama baik untuk sperma maupun kemih (Anonimb, 2009).
2.    Fisiologi Testis
Testis mempunyai fungsi eksokrin dalam spermatogenesis dan fungsi endokrin untuk mensekresi hormon-hormon seks yang mengendalikan perkembangan dan fungsi seksual. Pusat pengendalian hormonal dari sistem reproduksi adalah sumbu hipotalamus-hipofisis. Hipotalamus memproduksi Gonadotropin Hormone Releasing Hormone (gnRH). Hormon –hormon ini adalah Follicle Stimulating Hormone Releasing Hormone (FSHRH) dan Luteinizing Hormone Releasing Hormone (LHRH). Hormon-hormon ini dibawa ke hipofisis anterior untuk merangsang sekresi Follicle Stimulang Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH), yang pada pria lebih umum dikenal sebagai Interstitial Cell Stimulating Hormone (ICSH) (Anonimb, 2009).
Transformasi spermatid menjadi spermatozoa ada 4 fase, yaitu (Anonimc,2010):
a.      Fase Golgi :Saat butiran proakrosom teerbentuk dalam alat Golgi spermatid. Butiran atau granula ini nanti bersatu mambentuk satu butiran akrosom. Butiran ini                                   di lapisi membran dalam gembungan akrosom (acosomal vesicle). Gelembung                     ini melekat ke salah  satu sisis inti yang bakal jadi bagiandepan spermatozoon.
b.      Fase Tutup:Saat gembungan akrosom makin besar, membentuk lipatan tipis melingkupi bagian kutub yang bakal jadi bagian depan. Akhirnya terbentuk semacam tutup spermatozoon.
c.       Fase Akrosom:Terjadi redistribusia bahan akrosom. Nukleoplasma berkondensasi, sementara spermatid memanjang. Akrosom kaya akan karbohidrat dan enzim hidrolisa : hyaluronidase, neurominidase, posfasatase asam dan protefaseyang aktivasnya mirip tripsin.. sementara inti spermatid memanjang dan menggepeng. Butiran nukleoplasma mengalami transformasin menjadi filamen-filamen (benang halus) yang pendek dan tebal serta kasar.
d.      Fase Pematangan :Terjadi perubahan bentuk spermatid sesuai dengan ciri spesies. Butiran inti akhirnya bersatu, dan inti menjadigepeng bentuk pyriform, sebagai ciri spermatozoa. Ketika akromosom terbentuk di bakal jadi bagian depan spermatozoa, sentriol pun bergerak ke kutub bersebrangan. Sentriol terdepan membentuk flagellu, sentriol yang satu lagi membentuk kelepak sekeliling pangkal ekor. Mitokondria membentuk cincin-cincin di bagian middle piece ekor dan seludang fibrosa di luarnya. Mikrotubul muncul dan berkumpul di bagian samping spermatid membentuk satu batang besar yang disebut manchette. Menshette ini menjepit inti sehingga jadi lonjong, sementara spermatid sendiri memanjang dan sitoplasma terdesak ke belakang inti.

DAFTAR PUSTAKA



Anonima. 2010. http://iqbalali.com/2007/04/29/sistem-reproduksi/. Diakses tanggal 21 Februari 2010
______b. 2010. http://www.detak.org/aboutcancer.php?id=21&c_id=0. Diakses tanggal 21 Februari 2010
Frandson. 1996. Anatomi & Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
Partodihardjo. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya : Jakarta.
Sukra, Y. 2000. Wawasan Ilmu Pengetahuan Embrio ; Benih Masa Depan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta.