Selasa, 18 September 2012

Artikel Ilmiah


PENYAMAKAN KULIT IKAN PARI (DASYATIS SP.) DALAM PEMBUATAN PRODUK VAS BUNGA
Khaeriyah Nur, Fahrullah, Selfin Tala dan Nur Asia Ibrahim
FAKULTAS PETERNAKAN, UNIVERSITAS HASANUDDIN
ABSTRAK
         Di Indonesia, industri penyamakan kulit yang menggunakan bahan mentah kulit rata-rata berasal dari hewan darat seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan reptil yang sudah berkembang pesat dan menghasilkan produk jadi seperti sepatu, tas dan jaket. Masih jarang yang memanfaatkan bahan mentah kulit ikan menjadi suatu produk kulit. Salah satu kulit ikan yang menarik untuk dijadikan produk adalah kulit ikan pari. Untuk mengetahui proses pengolahan yang tepat pada kulit ikan pari, maka diadakanlah kegiatan Project Base Learning(PJBL). Tujuan PJBL ini adalah untuk melihat proses dan teknik penyamakan yang baik pada kulit ikan pari dan nilai ekonomi dari kulit ikan pari pada pembuatan vas bunga. Metode kerja PJBL ini yaitu dengan melakukan teknik penyamakan kulit pada kulit ikan pari, seperti : penimbangan, pencucian (washing), perendaman (soaking), proses buang daging (fleshing), pengeluaran bulu (unhairing), proses pengikisan protein non kolagen/globuler (batting), pengasaman (pickling), proses penyamakan (tanning), pemeraman (aging), penetralan, fiksasi (fixation), proses pengeringan (drying) dan pementangan (tracking), proses pelemasan (staking), proses pengamplasan (buffing). Hasil yang diperoleh yaitu kulit samak tampak kuat namun tipis, sehingga mudah patah, namun tampak indah dan menarik karena motif dari kulit ikan pari yang unik. Adapun nilai rendemen yang diperoleh dari penimbangan berat kulit sebelum pengolahan dan setelah pengolahan yaitu 75,55%, ini membuktikan bahwa metode penyamak, efektif dapat mengoptimalkan suatu produk dengan baik. Kesimpulan dari PJBL ini yaitu kulit ikan pari yang disamak dengan penyamakan nabati (kulit kayu nangka) menghasilkan kulit ikan pari tersamak yang kuat, tipis, berwarna cerah dan bertekstur halus, serta nilai rendemen yang cukup tinggi.
Kata kunci :  Kulit Ikan Pari, Penyamakan Kulit, Rendemen
ABSTRACT
            In Indonesia, leather tanning industries that use raw materials leather average derived from terrestrial animals such as goats, sheep, cows, buffaloes and reptiles that have been growing rapidly and produce finished products such as shoes, bags and jackets. It was rarely that utilize raw materials into a fish skin leather products. One of the fish skin is attractive for the stingray leather products. To determine the appropriate processing on the skin of stingrays, the activities were held Project Base Learning (PJBL). PJBL goal is to see the process and techniques of good tanning of the skin and stingray economic value of stingray leather in the manufacture of vases. PJBL methods of this technique by performing the tannery stingray skin, such as: weighing, washing, soaking, the waste of meat (fleshing), expenditure fur (unhairing), the erosion of non-collagen protein / globular (batting), acidification (pickling), tanning process, curing (aging), neutralization, fixation, drying and tracking process, relaxation processes (staking), the process of sanding (buffing). The results obtained are leather looks strong but thin, so easily broken, but it looks beautiful and interesting because of the motive of the unique stingray leather. The yield values ​​obtained from weighing the skin before treatment and after treatment is 75.55%, this proves that the method of tanning , can effectively optimize a product well. The conclusion of this PJBL the stingray leather is tanned with vegetable tanning (skin of jackfruit wood) leather stingray skin produces a strong, thin, brightly colored and fine-textured, and the yield is high enough.
Key words : Fish Skin Pari, Tannery, yield
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di Indonesia, industri penyamakan kulit yang menggunakan bahan mentah kulit yang berasal dari hewan darat seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan reptil sudah berkembang pesat dan menghasilkan produk jadi seperti sepatu, tas dan jaket yang mutunya tidak kalah dengan produk buatan luar negeri. Sedangkan industri penyamakan kulit yang menggunakan bahan mentah kulit ikan masih sedikit jumlahnya.
Pada saat ini kulit ikan yang digunakan dalam penyamakan masih terbatas kepada jenis ikan hiu, pari dan kakap. Ikan hiu termasuk jenis ikan besar, kulitnya cukup tebal dan luas. Ikan pari diambil kulitnya karena corak dari permukaan kulitnya mempunyai ciri tersendiri yang tidak terdapat pada kulit jenis ikan lainnya, begitu juga kulit ikan kakap Keuntungan komparatif penggunaan kulit ikan untuk penyamakan seperti halnya kulit hewan reptil adalah mempunyai ciri yang spesifik yang tidak dijumpai pada hewan darat. Ciri-ciri tersebut memberikan nilai tambah tersendiri dan menjadikan barang yang terbuat dari kulit ikan yang disamak sebagai produk eksklusif dan berharga tinggi.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengatahuan dan teknologi terutama teknologi pengolahan pascapanen, ikan-ikan yang berasal dari jenis yang kurang disukai dapat dimanfaatkan untuk kepentingan industri. Salah satu ikan yang kurang disukai adalah ikan pari yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri kulit, yaitu kerajinan sepatu, dompet, tas, ikat pinggang, dan lain-lain. Hal inilah yang melatarbelakangi dilaksanakannya kegiatan Project Base Learning untuk mengetahui proses pengolahan yang tepat untuk kulit ikan pari.
Tujuan
Tujuan dilakukannya Project Base Learning (PJBL) dengan judul “Penyamakan Kulit Ikan Pari (Dasyatis Sp) Dalam Pembuatan Produk Vas Bunga” adalah untuk melihat proses dan teknik penyamakan yang baik pada kulit ikan pari dan nilai ekonomi dari kulit ikan pari pada pembuatan vas bunga.
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat
         Project Basic Learning (PJBL) mengenai Penyamakan dan Pengolahan Kulit Ikan Pari dalam Pembuatan Produk Vas Bunga dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2011, bertempat di Laboratorium Teknologi Hasil ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin.
Alat dan Bahan
         Alat yang digunakan pada kegiatan ini adalah Pisau, Ember, Skalpel, Pengaduk kayu, Alat pelemas kulit (Papan tumpul atau lempengan logam), Amplas, Timbangan analitik, Gelas ukur
         Bahan yang digunakan pada kegiatan ini adalah ikan pari 2 ekor, 1 bungkus garam kasar, tawas bubuk, soda , formalin, Teepol, 1 sabun mandi padat, minyak ikan, Tissue, Na2CO3 (soda abu), NaHCO3 (soda kue), Asam formiat (HCOOH), Asam Sulfat (H2SO4), kapur bangunan (Na(OH)2), Tanin (kulit kayu nangka), Neocnyne, minyak paradol-AG, indicator BCG, dan amplas, serta air bersih.
Metode Kerja
         Cara kerja yang dilakukan pada teknik penyamakan kulit ikan pari pada pembuatan produk Vas Bunga yaitu dimulai dari tahap penyamakan kulit ikan pari sebagai berikut :
Penimbangan 1
         Menimbang kulit mentah untuk mengetahui berat bersih, kulit yang sudah ditimbang kemudian dibagi menjadi empat bagian, kemudian ditimbang kembali untuk mengetahui berat masing-masing bagian.
Pencucian (Washing) 1
         Kemudian kulit dimasukkan ke dalam ember dan dicuci dengan air mengalir hingga bersih selama 15 menit.  Ini dimaksudkan untuk membersihkan garam-garam dan kotoran bahan kimia yang digunakan selama proses pengawetan.
Proses Perendaman (Soaking)
         Pada ember diisi air sebanyak 500% dari berat kulit dan ditambah bahan kimia teepol/deterjen 1% kemudian diaduk kembali sampai kulit terlihat putih dan lemas.
Pencucian
         Setelah proses soaking selesai, kulit dicuci kembali dengan air mengalir selama 15 menit untuk membersihkannya dari bahan pengawet dan kotoran yang telah lepas pada proses tersebut.
Proses Buang Daging (Fleshing)
         Diatas papan kulit dibentangkan dan dengan pisau serut daging serta lemak yang tidak lepas pada proses soaking dibuang secara manual.
Penimbangan II
         Kulit yang sudah bersih baik dari daging/lemak dan kotoran kemudian ditimbang kembali dan berat penimbangan ke-II ini akan diajadikan patokan untuk penambahan bahan kimia selanjutnnya.
Pencucian III
         Kulit yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam ember dan dicuci dengan air yang mengalir selama 15 menit.
Proses Pengeluaran Bulu (Unhairing)
         Di dalam ember kulit ditambahkan dengan air sebanyak 300-400%.  Kemudian ditambahkan Kristal N2S 2-3%, kemudian ditambahkan 2% kapur bangaunan (Na(OH)2), presentase dihitung berdasarkan berat kulit setelah proses sebelumnya.
Pencucian IV
         Kulit yang sudah direndam kemudian dicuci dengan air mengalir selama 15 menit.
Proses Pengikisan Protein Non Kolagen/Globuler (Batting)
         Menghilangkan sisa-sisa lemak yang tidak larut, menghilangkan zat-zat pada kulit yang tidak diperlukan serta kapur yang masih ada di dalam kulit.  Proses ini menggunakan enzim proteolitik (hewani maupun nabati) yang berfungsi sebagai degradator (pemulus rantai peptide protein), enzim dari hewani (pancreas sapi, domba atau ayam) sedang dari nabati (getah papaya, nenas, dedak)
Proses Pengasaman (Pickling)
         Bertujuan menghentikan kerja enzim setelah batting, kemudian dimasukkan kembali ke dalam ember dan ditambahkan air 100% dari berat kulit dan garam 12%, kemudian kulit diaduk selama 10 menit.  Selanjutnya ke dalam ember ditambahkan HCOOH yang telah diencerkan dengan air dengan perbandingan 1:10 dan diaduk selama 30 menit.  Asam sulfat (H2SO4) yang telah diencerkan dengan air dengan perbandingan 1:10 dan telah dibagi kedalam tiga bagian kemudian dimasukkan ke dalam ember dengan interval 15 menit.  Kemudian penampang kulit ditetesi dengan indikator BCG/ metal orange (2-3 tetes).
Proses Penyamakan (Tanning)
         Menimbang chrom sebanyak 8% dan dimasukkan pada larutan picle dan kulit pada ember terus diaduk selama 120 menit.  Kemudian bersisitas larutan dinaikkan dengan jalan menambahkan NaHCO3 yang telah dilarutkan dengan air 1:10 sebanyak 1% yang dimasukkan 3 kali dengan interval waktu 15 menit sambil diaduk samapai mencapai pH 3,8 - 4,3.
Pemeraman (Aging) I
         Mengangkat kulit yang telah disamak dan ditumpuk selama 1 malam dengan cara dua sisi yang sama bertemu.
Penimbangan III
         Menimbang kembali kulit untuk dijadikan patokan penambahan bahan kimia selanjutnya pada proses penyamakan ulang (Retanning).
Pencucian V
         Menimbang kembali kulit yang telah dicuci dengan air mengalir selama 15 menit.
Proses Penetralan (Netralization)
         Memasukkan kulit ke dalam ember dan ditambahkan air sebanyak 15% dan  NaHCO3 sebanyak 1,5% dari penimbangan II.  Kedua bahan tersebut dimasukkan ke dalam ember dan diaduk selama 30 menit.  Selanjutnya diuji dengan indicator BCG, kemudian dilakukan penimbangan yang ke-IV.
Pencucian VI
         Mencuci kembali kulit dengan air mengalir selama 15 menit.
Proses Fiksasi (Fixation)
         Mengencerkan HCOOH sebanyak 1% dengan perbandingan 1:10 fiksasi dilakukan selama 1 jam dalam ember.
Pemeraman II
         Pemeraman dilakukan dengan cara menumpuk kulit pada papan selama 1 malam dengan cara bagian daging bertemu dengan bagian daging.
Proses Pengeringan (Drying) dan Pementangan (Tracking)
         Membentangkan kulit pada papan pementangan dan dipaku keliling kemudian dijemur dibawah sinar mtahari meksimal hingga jam 10 pagi, kemudian dilakukan penimbangan ke-VI.
Proses Pelemasan (Staking)
         Melemaskan kulit dengan menggunakan botol kaca.
Proses Pengamplasan (Buffing)
         Mengamplas bagian sisi dalam kulit (bagian daging) dengan menggunakan kertas amplas hingga permukaan kulit menjadi halus dan rata, kemudian kulit ditimbang lagi.
Analisa Data
Ø  Uji Rendemen
Rendemen Kulit          =   Penimbangan awal – Penimbangan akhir  x 100%
                                                            Penimbangan awal
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perubahan Fisik Kulit Samak Ikan Pari
         Berdasarkan kegiatan PBL (project base learning) yang telah dilakukan maka didapatkan hasil  perubahan fisik yang terjadi pada kulit ikan pari yang disamak selama perlakuan terlihat pada tabel  berikut ini :
         Tabel 1. Perubahan fisik pada kulit samak Ikan Pari setelah pengolahan
Perlakuan
Perubahan Fisik
Berat Kulit
Penimbangan I
Kulit mentah + daging
450 gram
Proses Buang Daging (fleshing) & Penimbangan II
Kulit Mentah
200 gram
Proses perendaman
Kulit pucat, lemas, dan bersih
-
Proses pengikisan protein non kolagen (Bating)
-
-
Penimbangan III
                         -
226 gram
Proses pengasaman
Dengan indicator BCG telah menjadi asam yaitu berwarna orange
226 gram
Proses penyamakan (tanning)
Kulit tampak kuat, stabil dan kompak
-           
Pemeraman (Aging) & Penimbangan IV
Kulit tampak kering
129 gram
Proses Penetralan & Penimbangan V
-
263 gram
Proses peminyakan (fatliquoring)& Penimbangan VI
Lemas, lembek dan halus, serta licin
140 gram
Proses pengeringan & pemetangan
Keras, tipis,dan berwarna gelap
110 gram
Pengamplasan
Kulit bagian dalam licin, halus dan rata
-
Penimbangan VII
-
110 gram
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu dan Teknologi Pengolahan Kulit, 2011
         Berdasarkan tabel 1. diatas, telah diperoleh hasil yang kurang memuaskan karena kulit yang dihasilkan kuat namun tipis, sehingga mudah patah. Tetapi hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi kami untuk membuat produk vas bunga karena hal tersebut diantisipasi dengan menggunakan vas bunga yang sudah jadi namun polos, sehingga bisa ditempelkan kulit ikan pari tersamak pada vas bunga polos tersebut. Dengan kreatifitas dan kelincahan kelompok kami dalam mendesain model tempelan kulit ikan pari tersamak tadi, maka dapat dihasilkan produk vas bunga yang indah dan menarik.
Proses buang daging (fleshing) pada kulit ikan pari ditujukan untuk menghilangkan daging dan lemak yang masih melekat pada kulit, sehingga tidak mengganggu proses penyamakan kulit. “Anonim (2011a) mengemukakan bahwa fleshing bertujuan untuk menghilangkan daging pada kulit.”
Proses perendaman bertujuan untuk melemaskan kulit dan  membersihkan kulit dari noda-noda seperti debu atau lemak yang masih menempel pada kulit. “Anonim (2011d) mengemukakan bahwa perendaman bertujuan untuk melemaskan kulit terutama kulir kering, sehingga mendekati kulit hewan yang baru lepas dari badannya. Perendaman juga bertujuan untuk membuang darah, feses, tanah dan bahan atau zat-zat asing yang tidak hilang pada waktu pengawetan”. “Maksud perendaman adalah untuk mengembalikan sifat- sifat kulit mentah menjadi seperti semula, lemas, lunak dan sebagainya (Hermawan dkk., 2011).”
Proses pengikisan protein (bating) ini menggunakan enzim dari nabati yaitu kulit kayu nangka yang bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa lemak yang tidak larut, menghilangkan zat-zat pada kulit yang tidak diperlukan serta kapur yang masih ada dalam kulit. Kapur akan bereaksi dengan zat penyamak menjadi Kalsium Tannat yang berwarna gelap dan keras mengakibatkan kulit mudah pecah, makanya dihasilkan kulit samak ikan pari yang tipis dan keras yang mudah patah, serta berwarna gelap. “Hermawan dkk.(2011) mengemukakan bahwa proses bating menggunakan enzim protease bertujuan untuk melanjutkan pembuangan semua zat- zat bukan kolagen yang belum terhilangkan dalam proses pengapuran antara lain: sisa- sisa akar bulu dan pigment, sisa- sisa lemak yang tak tersabunkan, sedikit atau banyak zat- zat kulit yang tidak diperlukan artinya untuk kulit atasan yang lebih lemas membutuhkan waktu proses bating yang lebih lama, sisa kapur yang masih ketinggalan”. “Lemak yang masih menempel pada permukaan kulit akan menghambat reaksi antara bahan penyamak dengan kulit (Anonim, 2010b).”
Proses pengasaman dimaksudkan untuk menghentikan kerja enzim setelah bating sehingga tidak menggangu proses pengolahan penyamakan selanjutnya, serta mengasamkan kulit agar tidak mudah terserang bakteri pembusuk. Anonim (2011c) berpendapat bahwa tujuan pengasaman adalah selain menghentikan kerja enzim, juga menyiapkan kulit dalam kondisi asam (pH 2,5-3). Hal ini diperlukan karena proses awal penyamakan khorm mengacu pada pH 2,5-3. Dalam kondisi asam kulit lebih tahan terhadap serangan bakteri pembusuk.”
Proses penyamakan (tanning) menjadikan kulit yang dihasilkan lebih kuat, stabil dan kompak sehingga lebih mudah untuk diolah selanjutnya. “Anonim (2009) menyatakan bahwa tanning dirasa sudah cukup apabila larutan bahan penyamak nabati sudah mendekati jernih. Setelah itu dalam larutan ditambahkan anti jamur (anti jamur ditambahkan karena proses tanning dilakukan pada kondisi asam yang merupakan suasana yang baik untuk tumbuh jamur) sambil dilakukan peremasan selama ± 15 menit. Proses tanning bertujuan untuk merubah kulit yang bersifat labil menjadi stabil terhadap suhu, bahan kimia, tarikan dan gesekan, serta menjadikan kulit tahan terhadap pengaruh mikroba.”
Proses pemeraman (aging) menjadikan kulit tampak kering. “Aging merupakan lanjutan dari proses tanning, yaitu menggantung kulit pada kuda-kuda selama 1 malam (kulit ditutup dengan plastik). Jika pemeraman / aging terlalu lama maka kulit akan mengering dan terjadi kristal garam kemudian akan tumbuh jamur. Tujuannya yaitu untuk mengurangi kadar air dalam kulit, menyempurnakan terjadinya reaksi antara molekul – molekul zat penyamak chrom dengan kulit, sehingga dapat memberikan hasil yang lebih baik terutama pada sifat – sifat kulit tersamak (Anonim, 2011b).”
Proses penetralan ditujukan untuk mentralkan kembali kulit yang pH-nya asam. “Kulit perlu dinetralkan kembali agar tidak mengganggu proses selanjutnya. Penetralan biasanya mengggunakan garam alkali misalnya NaHCO3, Neutrigan dan lainnya (Hermawan dkk., 2011).”
Proses peminyakan (fatliquoring) menjadikan kulit tampak lemas, lembek, halus dan licin. Anonim (2009) menyatakan bahwa  fatliquoring bertujuan untuk mendapatkan suatu hasil kulit dengan kelemasan tertentu/untuk mendapatkan hasil kulit yang lebih fleksibel, lebih lunak dan lemas, serta  memperkecil daya serap kulit”. “Tujuan peminyakan antara lain : sebagai pelumas serat- serat kulit agar kulit menjadi tahan tarik dan tahan getar, menjaga serat kulit agar tidak lengket satu dengan yang lainnya, serta tahan air (Hermawan dkk., 2011).”
Proses fiksasi yang dilakukan bertujuan untuk mempercepat penguapan air pada saat dikeringkan. “Anonim (2011d) menyatakan bahwa proses fiksasi (fixation) bertujuan untuk memecahkan emulsi minyak dan air sehingga airnya mudah menguap pada saat dikeringkan. Bahan kimia yang digunakan adalah HCOOH yang telah diencerkan 10 kali dengan air, dan ditambahkan anti jamur.”
Proses pengeringan dan pemetangan bertujuan untuk mengeringkan sekaligus meregangkan kulit. Faktor yang mempengaruhi proses pengeringan dan pemetangan adalah temperatur (suhu). Semakin tinggi temperatur maka menyebabkan semakin cepat penguapan yang terjadi sehingga akan menyebabkan kerusakan pada kulit (kulit akan menjadi kaku dan kasar). Selain itu kecepatan sirkulasi juga berpengaruh karena sirkulasi yang baik akan mempercepat pengeringan. Tujuannya yaitu : untuk meregangkan sekaligus mengeringkan kulit, mendapatkan luas yang maksimum dan bentuk yang simetris, dan mengurangi kadar air bebas didalam kulit secara bertahap, tanpa merusak kulit, zat penyamak dan minyak yang ada di dalam kulit (Anonim, 2010a)”. “Proses pengeringan bertujuan untuk menghentikan semua reaksi kimia didalam kulit. Kadar air kulit menjadi 3-14% (Hermawan dkk., 2011).”
Pengamplasan pada kulit samak akan menghaluskan permukaannya. “Pengamplasan bertujuan untuk menghaluskan permukaan kulit (Anonim, 2011d).”
Nilai Rendemen
Tabel 2. Nilai Rendemen Kulit Samak Ikan Pari
Rendemen Kulit
Persentase (%)
Penimbangan I & II
55,55
Penimbangan II & III
-13
Penimbangan III & IV
42,92
Penimbangan IV & V
-103,88
Penimbangan V & VI
46,77
Penimbangan VI & VII
27,27
Penimbangan sebelum penyamakan & setelah penyamakan
75,55
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu dan Teknologi Pengolahan Kulit, 2011
Berdasarkan data pada tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa nilai rendemen yang diperoleh dari penimbangan berat kulit sebelum pengolahan dan setelah pengolahan yaitu 75,55%, ini membuktikan bahwa metode penyamak efektif dapat mengoptimalkan suatu produk dengan baik. “Zaenab (2008) menyatakan bahwa nilai rendemen merupakan indikator untuk mengetahui efektif tidaknya metode yang diterapkan pada suatu penelitian, khususnya tentang optimalitasnya dalam menghasilkan suatu produk. Semakin tinggi nilai rendemen berarti perlakuan yang diterapkan pada penelitian tersebut semakin efektif.”
Rendemen pada penimbangan II dan III, diperoleh nilai rendemen yang rendah yaitu -13%, dikarenakan pada proses tersebut dilakukan pembuangan daging dan lemak (fleshing), sehingga menurunkan berat dari kulit itu sendiri. “Anonim (2009) menyatakan bahwa fleshing bertujuan untuk menghilangkan daging pada kulit.”
Adapun rendemen pada penimbangan IV dan V diperoleh nilai yang sangat rendah yaitu -103,88% dikarenakan penimbangan awal telah dilakukan pemeraman sehingga air yang terkandung dalam kulit sudah banyak yang hilang dan penimbangan berikutnya dilakukan proses penetralan dimana kulit dimasukkan ke dalam ember dan ditambahkan air dan bahan-bahan penetralisasi seperti NaHCO3 1,5%. “Anonim (2010a) menyatakan bahwa pemeraman bertujuan untuk mengurangi kadar air secara mekanis sekaligus membuka serat-serat kulit agar zat penyamak lebih merekat lagi kedalam kulit.”
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
a)      Kulit ikan pari yang disamak dengan penyamakan nabati yakni dengan kulit kayu nangka dihasilkan kulit ikan pari tersamak yang kuat, tipis, dan berwarna cerah serta bertekstur halus.
b)      Rendemen yang diperoleh dari penimbangan berat kulit sebelum penyamakan dan setelah penyamakan yaitu 75,55% yang membuktikan bahwa metode penyamak efektif dapat mengoptimalkan suatu produk dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011a. Kulit Ikan Pari. http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_pari_manta. [Diakses tgl 25 Maret 2011]
_______. 2011b. Pengolahan Kulit Ikan Pari. http://www.cybertokoh.com.2006. [Diakses tgl 28 Maret 2011]
_______. 2011c.  Teknik Penyamakan Kulit Ikan Pari. http://webcache .google usercon tent.com. [Diakses tgl 28 Maret 2011]
_______. 2011d. Artikel Seputar Kulit. http://www.workshopkulit.com/tag/ penyamakan-kulit/. [Diakses tgl 12 Juni 2011]
Anonim. 2010a. Kesehatan Kerja Bagi Perajin (Kulit, Mebel, Aki Bekas, Tahu & Tempe, Batik). http://dchild8. blogspot.com/2010/10/.[Diakses tgl 12 Juni 2011]
_______. 2010b. Proses pre-tanning pada Penyamakan Kulit. http://dchild8. blogspot.com/2010/10/proses-pre-tanning-pada-penyamakan.html. [Diakses tgl 12 Juni 2011]
Anonim. 2009. Proses Penyamakan Kulit Lapis.  http://numpangcoret-xfriends. blogspot.com/proses-penyamakan-kulit-lapis.html. [Diakses tgl 12 Juni 2011]
Hermawan, D., Eneng L. dan Erni V. 2011. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Industri Penyamakan Kulit. FKM Universitas Siliwangi : Tasikamalaya.
Zaenab. 2008. Industri Penyamakan Kulit dan Dampaknya Terhadap Lingkungan. http://keslingmks.wordpress.com. [Diakses Tanggal 28 Maret 2011]
LAMPIRAN
Perhitungan Hasil Uji Rendemen Kulit Ikan Pari
Rendemen Penimbangan I & II           = 450 – 200 x 100%               = 55,55 %
                                                                    450

Rendemen Penimbangan II & III       = 200 – 226 x 100%               =  - 13 %
                                                                     200
Rendemen Penimbangan III & IV     =  226 – 129 x 100%            =42,92%                                                                              226
Rendemen Penimbangan IV & V       = 129 –  263 x 100%               =  - 103,88 %
                                                                     129
Rendemen Penimbangan V & VI       =  263 – 140 x 100%               =  46,77 %
                                                                     263
Rendemen Penimbangan VI & VII    =  140  - 110 x 100%              = 27,27 %
                                                                    140
Rendemen sebelum penyamakan &    =  450  - 110  x 100%             = 75,55 %
dan sesudah penyamakan                            450